Monday, September 8, 2014

Supir Taksi Pembunuh

Beberapa tahun silam, aku tinggal di Korea utk mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah. Aku tinggal di sebuah apartemen bersama 2 teman wanitaku, Meredith & Angela. Pernah pada suatu malam, utk melepas kesuntukan hidup sehari-hari, kami bersepakat pergi clubbing. Maklum anak muda. Baik Meredith, Angela & aku menikmati aneka minuman bersoda&bersenang-senang berjam-jam lamanya di klub malam itu. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 2.20 dini hari, kami sudah mulai lelah & memutuskan pulang.

Selepas kami bertiga sampai di area luar klub malam, aku melihat taksi berwarna kuning sgng melaju ke arah klub. Kemudian, aku melambaikan tanganku pada taksi itu. Setelah taksi itu berhenti di depan kami, kami segera masuk ke dalam. Aku duduk di kursi dpn bersama si sopir, sementara 2 tmnku duduk di belakang.

Aku melihat sopir taksi di sebelahku memiliki raut wajah aneh & tidak seperti wajah sopir2 taksi biasanya. Bahasa Inggris si sopir sangat baik & fasih. Di tengah perjalanan, si sopir taksi mulai berkisah beberapa anekdot yg membuatku terpingkal-pingkal. Saat aku sedang tertawa, aku melirik kepada 2 temanku di belakang. Keduanya tidak tertawa sm sekali. Bahkan, mereka hanya berdia diri saja memasang mimik serius pd wajah msng2.

“Kenapa kalian, apa ada yg salah?” aku mulai bertanya,  “Kenapa kalian tidak tertawa sama sekali.”

Meredith & Angela menjawab pertanyaanku. Mereka diam mematung & menatap lurus ke depan. Lalu, tiba2 Angela membungkukkan tubuhnya ke dpn & berbisik kepada si sopir. “Pak sopir, kami berdua turun di sini saja ya.”

Sopir segera menepikan taksi ke sisi jalan. 2 gadis itu langsung keluar dr taksi & berlalu dgn cepat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sungguh aneh, ada dgn mereka? Apa ada yg salah dengan lelucon si sopir? Pikirku. Aku benar2 bingung saat itu& kebingungan itu belum hilang selama perjalanan.

‘Apakah ini taksi hantu? Si sopir ini hantu, seperti di film2?’ Aku lantas melirik ke arah si sopir. Tapi, tak kutemukan keanehan apapun pada wajahnya. aku paham benar ciri2 hantu – seperti yang digambarkan film. Mereka memiliki wajah pucat dgn tubuh dingin. Sopir yg ada di sebelahku sm sekali tidak mencirikan itu. Tampaknya, dia manusia biasa, seperti aku.

Tak lama kemudian, aku sampai di depan apartemen. Taksi berhenti. Aku keluar. Membayar sopir. “Thank you, Sir,” kataku.

“You are welcome, and thank you to use my taxi,” sahut si sopir.

Saat itu, aku tetap tak berpikiran apa2 tentang taksi tersebut. Lalu, kedua temanku, yg sudah sampai dpn apartemen lebih dulu, keluar dari persembunyiannya. Sepertinya, mereka telah menunggu kepulanganku.

“Apa yg terjadi setelah kami keluar dari taksi itu?” tanya kedua temanku.

Aku mengernyitkan dahi, bingung dgn pertanyaan mereka. Apalagi, melihat wajah mereka yg pucat ketakutan.

“Kita harus menelepon polisi sekarang,” kata Angela

"Apa kau tidak mendengarnya, Justin?" tanya Mi Sun kemudian.

Aku menggeleng.

“Ya ampun,” Meredith menepuk jidatnya, “Ketika taksi berjalan, aku mendengar suara aneh yg berasal dari bagasi. Suara itu suara seorang wanita yang berkata, ‘Tolong. Tolong. Tolong aku. Siapa saja tolonglah aku. Bukakan aku di bagasi ini.’ Sambil berteriak-teriak!”

“Hah, apa benar? Aku sungguh tak mendengar suara apapun? Mungkin itu hanya halusinasi kalian, karena beranggapan aneh dengan taksi itu.”

“Kau sungguh keterlaluan, sampai tak mendengar suara itu. Suara itu begitu keras, dan dia berteriak sambil menggedor-gedor bagasi. Ketika, kami berdua turun dari taksi, wanita itu teriak, ‘Sepecatnya, kalian harus turun dari taksi ini. Si sopir adalah seorang pembunuh. Aku disekap sebagai korban berikutnya!'' jawab kedua gadis itu serempak.

Saat itulah, aku mulai merasa ketakutan dan keringat dingin mulai mengucur di bagian punggungku. Dalam hati aku berkata, ‘Sungguh beruntungnya diriku, sungguh sangat beruntungnya…’

No comments:

Post a Comment